Rabu, 18 Juni 2014

STIGMA, LEGAL DAN ETIK DALAM TATALAKSANA KEPERAWATAN HIV DAN AIDS

1. STIGMA , DISKRIMINASI DAN HIV/AIDS
Pendahuluan :
      Stigma ádalah suatu ancaman, sifat atau karakteristik bahwa masyarakat menerima ketidaknyamanan yang sangat tinggi. Mendapat ancaman membuat seseorang menerima stigmatisasi. (Goffman, 1963)
       Stigmatisasi ádalah tindakan memvonis seseorang sebagai buruk moral.
       Kasus HIV & AIDS terus meningkat, dalam waktu 6 tahun jumlah meningkat 6 kali lipat, dari 4.159 di thn 2003, menjadi 26.632 di thn 2009
        Estimasi angka ODHA Indonesia di thn. 2014 sekitar 541,700 orang (KemKes, 2008).
          Stigma pada ODHA menjadi faktor penentu yang mempercepat penyebaran HIV

Suatu proses yang dinamis dari devaluasi
pencemaran atau kehilangan kepercayaan seseorang dimata orang lain

* Stigma pada ODHA terjadi dalam berbagai aspek yang dapat menjadikan dan memperkuat konotasi negatif terhadap HIV/AIDS yang dihubungkan dengan perilaku marginal.
 
Perilaku Marginal :
* Pekerja sex
* Pengguna NAPZA
* Homosex

Diskriminasi
* Merupakan aksi atau perlakuan nyata
terhadap seseorang yang diberikan stigma
* Diskriminasi pada ODHA terjadi pada tingkat :
* keluarga
 * masyarakat
 * institusional
* nasional
 
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Stigma

1.HIV/AIDS ádalah penyakit yang mengancam hidup.
2.Ketakutan untuk kontak dengan HIV
3.Hubungan HIV/AIDS dengan perilaku seperti homosexual, IDU, PSK dan sebagainya.
4.ODHA dinilai sebagai penyakit yang dibuat sendiri.
5.Religi atau kepercayaan yang menyamakan HIV/AIDS dengan kesalahan moral, seperti penyimpangan seks yang pantas mendapat hukuman.
6.Status sosial ekonomi, usia dan gender.
7.Kurangnya pengetahuan yang benar mengenai HIV/AIDS.
 
FAKTOR PENYEBAB
STIGMA & DISKRIMINASI
 
* Kurang pengetahuan
* Salah persepsi
* Kesalahan mencari tindakan & pengobatan
* Pelaporan epidemi yang kurang benar
 
PENGARUH STIGMA
Stigma menyebabkan hal-hal sebagai berikut :
1.Perubahan pandangan terhadap seseorang (social identity).
2.Penolakan atau penurunan kesempatan interaksi sosial.
3.Kesempatan berkurang, misal perumahan, pekerjaan, mendapat pelayanan kesehatan.
4.Perasaaan malu dan membenci diri pada penilaian masyarakat.
                Memungkinkan pengurangan kualitas hidup seseorang.
 
Strategi Menangani Stigma
1.Di pelayanan kesehatan
2.Di Masyarakat
3.Petugas HBC (Home Based Care).
4.Kelompok agama/kepercayaan
5.Media.
Tempat Kerja.

KEGIATAN POKOK DALAM MENURUNKAN
STIGMA & DISKRIMINASI
* Mencegah stigma
* Menolak diskriminasi, ketika terjadi
* Mempromosikan dan melindungi HAM
 
 
PROGRAM KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
* Meningkatkan partisipasi kelompok ODHA
dan kelompok beresiko
* Menyediakan sumber-sumber untuk merubah
persepsi dan perilaku
* Meningkatkan pelayanan
* Memberikan pemahaman yang benar
mengenai HAM
BEBERAPA UPAYA YANG
DILAKUKAN DI INDONESIA
* Menyebarluaskan informasi
* Pemberian pelayanan komprehensif
* Pembentukan dukungan kelompok sebaya
* Upaya meningkatkan kesejahteraan
 
 
KEGIATAN
YANG DILAKUKAN
Edukasi ODHA, OHIDA, masyarakat
Kunjungan rumah
Pemberian nutrisi tambahan
Meningkatkan kesejahteraan
 
PERAN MASYARAKAT
* Bersedia mendapat informasi
yang benar
* Menyediakan sumber-sumber
MODEL
. EFEK STIGMA
1.Perubahan mengenai bagaimana seseorang dipandang oleh orang lain (identitas sosial)
2.Penolakan sosial atau penurunan penerimaan dalam interaksi sosial
3.Keterbatasan/kehilangan kesempatan seperti misalnya tempat tingla, pekerjaan, akses terhadap pelayanan kesehatan.
4.Perasaan malu dan benci pada diri sendiri
5.Menurunkan kualitas hidup seseorang.
6.Meningkatkan diskriminasi
7.Pelanggaran HAM (ODHA dan keluarganya).
8.Pemicu epidemi HIV/AIDS
9.Menghambat upaya pencegahan dan perawatan.
10.Pasien akan berlarut-larut dalam diam dan penyangkalan.
11.Memperkuat marginalisasi pada ODHA dan siapa saja yang rentan terhadap infeksi HIV
 
 
 
Etik, asas etik dan prinsip etik
Prinsip-prinsip Etik:
– Self-Determination
– Privacy
– Anonymity & Confidentiality
– Fair Treatment
– Protection from Discomfort & harm
– Informed Consent
 
 
Informed Consent
Pengecualian informed consent pada testing bisa dilakukan apabila :
     – pasien dalam kondisi emergensi
     – Narapidana yang melakukan kejahatan seksual di
        LAPAS
ODHA harus memberikan persetujuan untuk VCT, kunjungan rumah, rujukan dan terapi
Sebelum dilakukan prosedur atau tindakan apapun harus dijelaskan kepada ODHA termasuk keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut, Tanyakan apakah ODHA sudah paham betul
Persetujuan ditandatangani oleh ODHA dengan disaksikan oleh saksi yang ODHA pilih
  

. ETIK, ASAS ETIK DAN PRINSIP ETIK
Etik à adat kebiasaan yang baik
            [yang seharusnya dilakukan]
Azas Etik:
-Menghormati otonomi klien
-Kejujuran
-Tidak merugikan tenaga kesehatan dan klien
-Manfaat
-Kerahasiaan
-Keadilan
Prinsip-prinsip Etik:
-Empati
-Solidaritas
-Tanggung jawab
 
 
Perilaku profesional dalam pemberian askep ODHA
Askep dengan memperhatikan aspek etik dalam merawat ODHA:
1.Do No Harm (Tidak Menyakiti)
2.Otonomi
3.Equality [keadilan]
4.Kerahasiaan
5.Inform Consent
6.Perilaku profesional
  
Perawat sebagai anggota tim harus memperlihatkan sikap dan perilaku profesional baik ketika merawat ODHA di klinik, rumah sakit maupun saat kunjungan rumah.
Sikap dan perilaku profesional seperti :
1) Mengikuti protokol atau SOP dalam melakukan tindakan atau prosedur
    terhadap ODHA
2) Selalu aktif berpartisipasi dalam diskusi kasus dengan tim kesehatan lain
3) Terus mempertahankan dan meningkatkan keterampilan dan   
     pengetahuan klinis
4) Disiplin
5) Terlihat siap dalam bekerja  
6) Menepati janji dan komitmen
7) Menjaga hubungan professional dengan ODHA, tim kesehatan lain dan
    kolega sendiri
8) Perawat selalu menjaga kesehatan dan penampilan agar menjadi role
    model  bagi ODHA dan keluarganya. 
 
Tatalaksana penurunan stress dan burnout dalam pemberian askep ODHA
Stres bisa terjadi akibat :
1.Kejenuhan bekerja,
2.Kelelahan fisik,
3.Kekurangan jumlah perawat atau  bahkan psikologis akibat
4.Merawat ODHA yang memiliki masalah perilaku.
  
Stres apabila dibiarkan dapat mengakibatkan “ Burn out”
Cara mengendalikan stress kerja :
ØTerbuka dengan teman atau atasan, biasakan mengemuka kan kesulitan dan masalah dengan cara yang asertif
ØTetap menjaga kesehatan sendiri
ØSelalu berfikir positif
ØOlah raga secara teratur, makan makanan seimbang dan cukup, lakukan relaksasi secara berkala.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar